Kenali Stres Melalui Kulit, Rambut, dan Kuku
Saturday, March 22, 2008
Masalah deadline pekerjaan, pasangan yang sedang ngambek, bos yang selalu tidak puas sampai anak sakit. Semua itu adalah masalah biasa, namun bisa berakibat stres jika Anda tidak bisa mengkontrolnya. Stres dapat membuat perubahan emosi dan fisik, seperti cepat lelah, pusing, ataupun mudah emosi. Namun, stres juga bisa mengarah ke perubahan kondisi dermatologi Anda. Dermatoligist Flor A. Mayoral, MD, FAAD, konsultan klinik di departemen dermatologi dan bedah kulit di Fakultas Kedokteran Universitas Miami, Florida, menjelaskan akibat stres yang mempengaruhi kondisi kulit, rambut dan kuku, dan tip untuk mengontrol gejela-gejala tersebut.
“Stres dapat mempengaruhi kondisi kulit dan menimbulkan kondisi yang akan membuat seseorang bertambah stres. Belajar menghadapi efek stres di kulit Anda dapat mengurangi stres yang Anda alami,” ujar Dr. Flor.
Stres dan Kulit Ketika seseorang stres, produksi hormon (cortisol) meningkat. Hormon ini meningkatkan produksi minyak yang berlebihan dari dalam tubuh. Akibatnya, jerawat muncul. Sebuah penelitian yang dicatat di Archives of Dermatology, Psychological Stress Perturbs Epidermal Permeability Barrier Homeostasis, mengungkapkan bahwa stres memiliki efek negatif sehingga kulit tidak dapat berfungsi normal. Salah satu akibatnya adalah munculnya jerawat bahkan pada orang yang tidak memiliki masalah jerawat sekalipun. |
Ada banyak alasan mengapa rambut bisa rontok. Namun, Dr. Flor lebih percaya, stres adalah penyebab utama kerontokan rambut yang tiba-tiba. Penjelasannya adalah ketika seseorang stres, rambut masuk dalam fase telogen (rambut rontok). Telogen effluvium adalah fase rambut rontok normal yang muncul dalam 3 bulan setelah sebuah kejadian yang membuat seseorang stres. Namun rambut akan tumbuh lagi dalam waktu 6 – 9 bulan. Dr. Flor menjelaskan meski kondisi ini normal, namun sebaiknya tetap diperiksakan oleh dermatologist untuk pemeriksaan lebih teliti. “Saya bisa meminta pasien untuk tidak melakukan diet ketat karena kurangnya nutrisi dan penurunan berat badan yang drastis dapat membuat kerontokkan rambut,” kata Dr. Flor.
Stres dan kukuBeberapa orang ketika stres memiliki kebiasaan yang akhirnya mempengaruhi kondisi kuku mereka, seperti menggigit kuku atau menggosok jari-jari mereka ke kuku ibu jari. Akibat dari kebiasaan ini dapat menciptakan permukaan tidak rata pada kuku dan kerusakan pada lapisan luar kuku. Selain itu, efek stres lainya adalah kuku yang mudah robek.
“Terkadang, mereka tidak menyadari kebiasaan menggigit atau ‘mengutak-atik’ kuku diakibatkan karena stres atau perasaan gugup. Meskipun ada juga beberapa yang memiliki kebiasaan ini bukan karena stres,” ujar Dr. Flor menjelaskan.
Stress Management
Dr. Flor kembali menekankan cara menghadapi stres adalah tetap memiliki kontrol atas diri Anda. Contohnya bagi mereka yang menghadapi masalah jerawat stres, Dr. Flor menyarankan untuk langsung pergi ke ahli kulit untuk mengatasinya. “Seseorang yang mengetahui cara mengatasi masalah-masalah akibat stres, merasa memiliki kekuatan dan dapat menguasai dirinya,” ujar Dr. Flor lagi.
Namun, Dr. Flor juga memberikan tip untuk mencegah efek stres secara internal dan eksternal.
- Belajar untuk mengenali masalah yang membuat Anda stres dan menimbulkan masalah dermatologis, dan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi stres Anda.
- Olahraga membantu melepaskan endorphin dalam tubuh. Endorphin membantu mengurangi perasaan stres Anda.
- Hindari menggunakan air panas untuk mandi dan gunakan sabun bebas deterjen. Berikan pelembab secepat mungkin setelah Anda mandi.
- Aplikasikan tabir surya (SPF 15 atau lebih) untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari.
Sumber: http://www.conectique.com
Labels: Healthy Info
posted by n.lestari @ 5:58:00 PM,